Si Sepi: Sahabat Krisis Abadi

Tengadah kali ini saya enggan merapalkan doa saya di penghujung teriakan suara kembang api itu ataupun bergantinya deret waktu dalam kaliberasinya. Apa kali ini kiranya Tuhan dapat menenangkan segala riuh dan kesunyiaannya dalam tiap kamuflase pelangi di setiap naskah jenaka saya? 

Tidak, tidak, tidak nona. Tentu bukan kebijaksanaannya saya harus berwujud bak malaikat menjawab semua rapalan optimisme itu kali ini. Telak teganya dirasa adil bahwa tidak terlalu lamban ataupun bergerak cepat untuk menyadari semuanya kali ini. Ya, ternyata semua sesuai dengan perjalanannya. 

potret penawar dalam candunya dimulai/ Mei 2022

Kalau saya urai, barangkali picik tertanyakan lantas apa yang sesuai? 

Nada-nada itu tidak pernah absen untuk runtuh di sekitar penghabisan malam saya. Mereka terus-menerus bergelantungan menemani malam-malam hampa saya. Singkatnya, barangkali apa ini yang dikatakan dewasa? Proses menerima sunyi yang begitu merindu untuk dipeluk erat?

Deret waktu yang akhirnya membawa saya pada perjalanan bergelora sejak pelepasan rasa ikhlas yang paling panjang malam itu, mungkin itu bukanlah akhir untuk saya menutup sebuah tahun dengan bab kedukaan yang panjang. Lagi-lagi semesta sangat mencintai saya dengan mengantarkan jalan terbaiknya kepada saya kali ini.

Sederhananya, semua berjalan seperti roller coaster wahana yang paling menegangkan untuk dilewati hingga bisa saya kenang hingga saat mengetik ini juga membayangkannya, tapi tidak untuk diulang dude!. HAHAHA, klise njing!

"Ruwet banget tulisannya mbak."
"Nuhun kang, saya lagi nulis dongeng." zzzzzzzzzzz

Berada nun jauh 2.977 km dari kandang anak kucing, membuat gue sendiri dilatih dan ditempa untuk menjadi kucing berseragam singa polkadot dan ekstra survive' to adapt ditempat-tempat yang jauh dari kata biasa. Basic kepercayaan spritual yang berbeda, lingkungan diskusi yang jauh berbeda, tradisi, budaya, kultur, dan norma yang sangat-sangat jauh dari kata biasa, keluarga, sahabat dan teman sefrekuensi yang jauh dijangkau tatap hingga porsi makanan setempat yang jauh 5x lipat dari porsi makan mini gue. Apa gue akhirnya bisa survive selama kurang lebih 2 tahun ini? Apa gue jadi gila?

Iya, ngga gila. Cuma hampir wkwkwkwkwkw. Hampir membuat orang gila mengenal gue.

Hampir 2 tahun berjalan dan ngga pernah absen membuat gue selalu mandi keringat, keringat capek, keringat suka duka, keringat amarah, keringat penerimaan, keringat dopamin bahkan keringat-keringat lainnya. At least gue jadi sehat karena terus berkeringat, canda.

Namun, ngga bisa dihindari apalagi gue lari. Sepi dia selalu ngejar-ngejar gue untuk gue bisa nerima dia apa adanya, ciat ditembak ceritanya. Pasalnya, memang benar dan ngga bisa dipungkiri bahwa berkelana adalah perjalanan panjang untuk mengenal, mecintai dan menerima diri sendiri. Termasuk menerima dan mecintai sepi di dalamnya. Terkesan omong kosong barangkali tulisannya saya kali ini, tanda kutip bagi mas atau mba yang membacanya dan belum keluar dari kandangnya, but sekedar berbagi bahwa inilah kenyataan hidup yang ngga bisa kita tinggal pergi. Kesepian adalah sahabat krisis abadi hingga akhir hayat menguliti.

Ditengah orang-orang yang sibuk dengan berbagai ambisinya mungkin terkesan sama. Lain hal, ditengah orang-orang yang sibuk memikirkan kapan pasti akan bertemu tanggal merah si pembuka renjana.

Dalam hidup, nyatanya sepi, hampa, hambar ataupun kekosongan adalah bab yang setiap orang akan melewatinya, ntah di fase ke berapa mereka akan bersuaka. Akan terjadi dan pasti akan bertemu. Jika nanti bertemu kembali mungkin sebagai pengingat untuk lebih mencintai keberadannya, bukan untuk diingkari ataupun ditangisi sayangku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kesepian;
Barangkali ia tumbuh menjalar mengitari roda yang tumbuh di etalase balkon kamar pagi ini. Atau,
Kesendirian;
Barangkali ia bahagia dapat terlahir kembali dalam binar refleksi penyucian jiwa hingga malam nanti.

Lantas menerima keduanya bukanlah pengkhianatan, menjadi manusia abadi.
Selamat bercinta bersamanya.


-scha

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudahkah Kamu Merasa Benar-Benar Bebas?

Bicara Harga Diri Perempuan: Jadi Matre Itu Perlu, Ladies!

Memanusiakan Manusia: Buah bisa Jadi Guru Buat Lo!