Untuknya Yang Tak Pernah Tergenggam

Kiranya dibawah hembusan alur 
Kita terpatri di dalam bingkai drama
yang membuat kita jatuh tersungkur
Sehingga kita pun akhirnya
Kembali pada titik ukur

;Teruntuk langit 
yang kembali menyapa hari ini



Tak  lagi kan ku tiru
Cukup jadi yang lagi ku membiru
Sekian cukup rasa tabu

;Opia dan pena Biru



Bungkan katedral pengintai
yang sekarang butuh ruang hampa tuk bisa bernafas
Lebih lama
Lebih dalam
Lebih mematikan dari biasanya
Yang pecahan hitam bergeletuk
Kini dengan goresan laut darah genggamanku

;Aku rebah pada rana depan mata



Hilang kataku padamu 
Tapi netra masih ingin temu
Hilang bayang hadapku
Tapi opia tak usai jadi semu

Alhamdulillah
Sang Kholiq Maha Tahu tiap harap dalam bisu
Dan titipan-Nya
Masih tertata satu-persatu

; Al-Azhom kala itu



Pekat menanti
Ada yang teruntuti
Enggan isian terucapi
Lantas kias kau garis tepi

"Lama tak lagi bersua denganmu, Tuan Rasa", sapanya.



77 kata, masih ku simpan dalam jemari
77 kata, jeram tertunduk sepi
77 kata, terpaut ilusi yang senang bernegosiasi-omong kosong
77 kata, kini beralas tak bertepi
77 kata, tumbuhlah ia ke muka bumi

Lantas berbisik dengan sepi, "Semesta kita ubah sunyi jadi melodi"
Akhir senyum simpul kau simpan teduh terbaca

;77 kata kini untuk esok dan nanti



 Kau benar
Dan kau menang

Terima kasih
Telah ajari sikap acuh
Tapi di relung ajak menari menyayat memori
dengan birama senadi

Terima kasih
Dan akhirnya pekat tau
Jangan hapus rasa ada 

;bak Aku dan Bintang



Ya
Ini bukan akhir segalanya

Dan segalanya bukan akhir
Tuk selamanya

"Lantas kenapa karam terlihat meneriakimu?"
"Seolah menyuruhmu tenggelam ke dasar?"
"Lantas kenapa seolah kau peduli padaku?"
"Cukup untuk semua, kan ku mulai kembali."

; Lalu di titik belenggu muncul kelabu



Jam berganti tertawa dalam hari
Beranggap senaddi puan hanya bahan pelari
Menari-nari hingga lepas jemari
Merebah senyum hingga tak sadar diri

Bertukar kisah menggabung resah
Gelisah pamit tibalah sakit
Mari bersama menjerit
Perihal asmara yang rumit

; Kolaborasi Rasa- SC | AE



Tangerang,
penghabisan 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudahkah Kamu Merasa Benar-Benar Bebas?

Bicara Harga Diri Perempuan: Jadi Matre Itu Perlu, Ladies!

Memanusiakan Manusia: Buah bisa Jadi Guru Buat Lo!